Senin, 09 Mei 2011

Bambu Gila

Salah satu seni tradisional yang masih terpelihara hingga saat ini di daerah timur Indonesia adalah bambu gila. Dalam bahasa desa Liang di kabupaten Maluku Tengah bambu gila disebut ute mamanu. Dalam bahasa Maluku secara umum, bambu gila disebut bulu gila. Bambu gila adalah permainan dan pertujukkan tradisional khas Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.
Pertunjukkan bambu gila membutuhkan seorang pawang. Pawanglah yang membaca mantra agar si bambu menjadi gila. Jarang sekali orang yang mampu menjadi pawang bambu gila. Itulah sebabnya pertunjukkan bambu gila harganya tinggi. Bambunya sebenarnya bambu biasa. Namun, harus besar dan lurus. Bambu juga bisa dipakai untuk beberapa kali pertunjukkan. Jika bambunya sudah lapuk, barulah pawang mencari atau membeli bambu baru.
Pemain bambu gila harus berjumlah ganjil dan harus di sesuaikan dengan banyaknya ruas - ruas bambu. Selain pemain ada pula pembawa obor. Obornya “menyihir” bambu agar menuruti setiap gerakannya. Dan untuk mengiringi pertunjukkan dibutuhkan tifa sejenis perkusi. Setelah pemain dan perlengkapan siap, pertunjukkan digelar. Sang pawang mengisi obor dengan kemenyan. Obor dinyalakan sambil pawang membaca mantra. Sementara itu para pemain berdiri dan mendekap bambu pada setiap ruasnya. Kemudian, pawang meniupkan obor berisi kemenyan tadi ke ujung – ujung bambu. Lalu, pawang juga menyemburkan jahe dari mulutnya tiga kali ke ruas – ruas bambu.
Ketika tifa dimainkan, bambu mulai…. gilaa! Para pemain akan berusaha mempertahankan diri karena bambu menjadi semakin berat dan gerakannya pun menjadi tak terkendali. Pebawa obor akan menggerak-gerakkan obor ke arah bambu dan pemain sesuka hatinya. Dan bamu yang telah dimantrai itu tunduk pada obor. Apabila obor digerakkan ke tanah, bambu mengikuti dan para pemain pun akan ikut tersungkur ke tanah. Jika obor diarahkan ke pantai, maka pemain juga akan terbawa ke pantai. Semakin ramai yang melihat pertunjukkan itu akan semakin gila juga bambunya. Dan kegilaan tersebut akan berakhir hanya jika sang pawang menyentuh bambunya.

Warisan Pusaka Dunia

Jumat, 2 Oktober 2009 yang lalu sebagian besar masyarakat Indonesia mengenakan batik sebagai ungkapan kebanggaan bangsa Indonesia, karena hari itu batik dikukuhkan sebagai warisan pusaka dunia oleh lembaga dunia UNESCO.
Apakah batik benar-benar asli dari Indonesia? Kata ‘Batik’ sendiri memang berasal dari kata dalam bahasa Jawa. Dari kata ‘amba’ yang berarti menulis dan kata ‘titik’. Sehingga dari asal katanya saja bisa disimpulkan jika batik memang berasal dari Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa.
Konon, seni kerajinan batik itu mulai diciptakan sejak nenek moyang kita bisa membuat kain dengan alat tenun sederhana. Pada saat itu, para perajin kain membuat motif gambar untuk hiasan kain dengan menggunakan pewarna dari kulit kayu. Kain yang dibatik dengan motif yang rumit dan indah akhirnya menjadi barang mewah, sehingga sering dijadikan sebagai hadiah untuk kepala suku dan raja.
Sejak kedatangan pedagang India, Cina dan Arab, yang membawa berbagai macam jenis kain dan bahan pewarna dengan kualitas yang lebih baik, kerajinan batik di Jawa-pun menjadi semakin berkembang. Dan kerajinan batik ini semakin berkembang lagi semenjak keluarga kerajaan dan para saudagar dalam negeri mengembangkan seni kerajinan batik menjadi barang dagangan untuk dijual kepada para saudagar dari luar negeri.
Saat ini, kain batik memiliki motif dan warna yang sangat beragam. Dari cara membuatnya saat ini-pun semakin banyak cara, seperti batik tulis, batik cap dan batik printing atau yng dibuat dengan mesin cetak. Namun tentu saja batik yang diakui sebagai warisan pusaka dunia adalah batik tulis. Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan cara ditulis dengan alat yang disebut canting. Canting ini berisi malam atau cairan lilin. Batik tulis perlu dilindungi karena cara membuat dan motifnya memiliki nilai seni yang tinggi dan menjadi cermin budaya masyarakat saat itu.