Senin, 27 September 2010

Masalah-masalah sosial


Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan banyak sekali suku dan kebiasaan. Tetapi, tidak semua sempurna. Banyak masalah yang terjadi di Indonesia. Mulai masalah ekonomi, masalah politik, sampai masalah sosial. Masalah yang lebih sering terjadi di kehidupan sehari-hari adalah masalah sosial. Banyak sekali masalah sosial yang terjadi di Indonesia, terutama di Jakarta. Karena itu, yang akan dibahas disini adalah masalah sosial di Jakarta.

Jakarta, kota yang merupakan ibukota Indonesia. Gedung-gedung tinggi, mobil-mobil, sampai kesesakan di jalan sangat sering ditemui di kota ini. Biarpun begitu, kota ini merupakan sumber mimpi masyarakat di Indonesia. Hampir semua orang dari daerah menginginkan untuk datang ke Jakarta dengan tujuan mempunyai status ekonomi yang lebih baik. Mereka semua datang ke Jakarta tanpa bekal yang cukup. Mungkin modal mereka hanya ongkos untuk tiba di Jakarta dan tekad yang besar agar dapat bertahan hidup serta mendapat kehidupan yang lebih layak. Padahal, Jakarta tidak menjanjikan kemajuan ekonomi bagi yang mendatanginya. Tetapi, tetap saja semua orang datang ke Jakarta dan rela bekerja menjadi apa saja. Tukang sapu, pemulung, pengemis, sampai PSK, semua dikerjakan hanya agar tetap hidup di Jakarta.

Tidak masalah dengan hal-hal tersebut, tetapi, mereka sudah terlalu banyak. Jumlah mereka yang terlalu banyak inilah yang membuat banyak masalah di Jakarta. Terlalu banyak pengemis di jalan-jalan ibukota. Terlalu banyak orang-orang yang mempunyai rumah di bantaran kali. Dan juga terlalu banyak orang yang menjadi copet, waria, sampai pelacur. Tidakkah masalah ini sangat merisaukan kita?

Pengemis-pengemis yang berada di perempatan jalan selalu ada di Jakarta. Anak-anak yang membawa alat musik di tangannya, ibu-ibu yang membawa bayi dan mangkuk plastik serta bermuka memelas, juga bapak-bapak yang mempunyai luka menjijikkan di kakinya, semuanya adalah pengemis. Ya, pengemis yang mengharap belas kasihan orang yang menaiki mobil. Banyak orang yang memberi mereka uang, tetapi banyak juga yang tidak. Alasannya, mulai dari "tidak ada uang receh", sampai jijik melihat si pengemis yang mempunyai luka menganga yang dikerubungi lalat-lalat besar.

Padahal, belum tentu luka itu adalah luka sungguhan. Di televisi, banyak acara-acara yang memperlihatkan bahwa luka para pengemis itu palsu. Mengapa mereka mencoba menipu para pengemudi kendaraan yang lewat? Itulah pertanyaan yang ditanyakan oleh para penonton acara televisi tersebut. Banyak yang menjawab: "Yah, mereka kan mau mendapat keuntungan sebanyak- banyaknya dengan membuat iba si pengguna jalan." Apakah benar? Mereka memang membutuhkan uang, tetapi janganlah berbuat seperti ini. Menipu orang bukan perbuatan baik.

Hal yang paling diperhatikan oleh Pemda DKI adalah rumah-rumah non permanen yang ada di sepanjang pinggiran kali. Biasanya rumah-rumah ini disebut rumah kardus, karena terbuat dari kardus dan tripleks yang ditempel-tempel. Mengapa mereka hidup dan tinggal disini? Padahal biasanya kali yang mereka pakai untuk mencuci sampai buang air adalah kali milik PAM, yang dibuat untuk aliran air minum! Tidakkah ini sangat jorok. Kalau ditanyakan, mereka pasti menjawab "Tidak ada tempat yang lain lagi", padahal tanah di situ bukan milik mereka. Tapi, kalau digusur, mereka meminta ganti rugi. Lho? Ini kan aneh. Memang mereka patut dikasihani, tetapi mengapa kalau sudah sadar tidak mampu, tetap mengambil keputusan untuk tinggal di Jakarta? Kan hanya menambah masalah saja.

Belum lagi masalah banjir tahunan yang hanya menimpa kota Jakarta setiap musim penghujan. Apa banjir ini benar-benar karena air hujan yang dikirim kota tetangga? Tidakkah orang-orang yang tinggal di pinggiran kali juga berpengaruh cukup besar? Iya mereka pasti berpengaruh cukup besar pada masalah banjir tahunan ini. Setiap hari mereka menyumbang sampah di kali yang menjadi sumber air mereka. Dengan jumlah yang sedikit, jika setiap hari dilakukan, pasti sumbangan sampah mereka menjadi sangat banyak jika diakumulasikan setiap harinya. Banjir juga cukup menyita perhatian pemerintah dan masyarakat setiap tahunnya bukan?
Nah, hal yang satu ini amat sangat dirisaukan oleh masyarakat. Hal ini adalah pencopetan dan penodongan. Ya, banyak sekali pencopetan terjadi di Jakarta. Penodongan juga kerap kali terjadi. Lagi-lagi pertanyaan mengapa yang keluar. Mengapa sampai begini? Ya lagi-lagi karena masalah ekonomi! Baru datang ke Jakarta, tidak mendapat pekerjaan, tidak ada jalan lain, lalu mencopet, menodong dan merampok. Waduh, sangat merisaukan sekali. Polisi juga susah menangkapnya.

Waria dan PSK juga cukup banyak di Jakarta. Meskipun mereka tidak membuat keributan dan ketakutan di masyarakat. Namun, tidakkah ini merisaukan. Jalan-jalan protokol pada malam hari dipenuhi oleh orang-orang ini. Bukankah pekerjaan ini hanya menimbulkan dosa dan cemoohan masyarakat? Ya memang, tetapi masih banyak saja yang melakukan pekerjaan ini. Razia yang sudah berkali-kali dilakukan oleh polisi tetap saja tidak membuat mereka jera. Mengapa mereka masih banyak di sana? Karena masih banyak juga yang mencari mereka. Orang-orang hidung belang yang selalu menghambur-hamburkan uangnya. Bukankah ini masalah juga? Dia menghambur-hamburkan uang sementara orang-orang lain yang sudah disebutkan di atas sangat kesulitan mencari uang.

Ini sangat ironis.

Masalah-masalah yang tersebut hanya sekedar contoh kecil dari masalah sosial yang ada di Jakarta. Hal-hal ini sangat merisaukan masyarakat, biarpun ada juga yang menyukainya. Sebaiknya polisi lebih memperketat pengawasan terhadap orang-orang yang terlibat dalam masalah-masalah sosial tersebut. Tegakkan juga peraturan yang ada. Dan kita sebagai warga negara yang baik, harus ikut serta dalam penegakkan peraturan, jangan sampai aturan yang telah dibuat dengan sengaja kita abaikan begitu saja, sehingga menyebabkan masalah-masalah sosial yang baru.

Semoga Indonesia menjadi negara yang bersih dan makmur. Menjadi negara yang lebih baik amin

mhs gunadarma, www.gunadarma.ac.id

sumber informasi : 

Artikel asli di posting oleh

Virandra, siswa SMU http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=6185

Tidak ada komentar:

Posting Komentar